Senin, 13 Juni 2016

'Islam yang Dinomorduakan'


Kita hidup ditengah ummat muslim yang jumlahnya kuranglebih 250 juta orang. Tapi apa yang kita rasa akhir-akhir menggambarkan betapa jumlah yang bayak itu samasekali tidak berpengaruh atas diskriminasi yang kaum muslimin dapat.

Dari masalah toleransi, ummat islam agaknya selalu dituntut untuk menjadi pihak yang harus selalu mentolerir apa saja yang terjadi. Baik itu masalah yang bersangkutan dengan agama, juga masalah diluar dari itu.

Dulu waktu ummat kristen melakukan natalan, kaum muslimin diminta untuk menghargai ritual keagamaan merak dengan ikut mengucapkan 'selamat natal'. Bahkan tak sedikit dari pelayan restaurant di mall-mall dipaksa sang boss untuk menggunakan atribut natalan.

Lalu diasaat datang bulan yang begitu agung bagi kaum muslimi diseluruh dunia yang dimana mereka diperintahkan untuk bepuasa dibulan itu, kaum muslimin harus kembali menjadi pihak yang harus mentolerir mereka yang tidak puasa. Aneh bukan?

Dan ketika seorang ibu -yang tanpa sepengetahuannya- masih menjajakan jualannya dibulan ramdhan dirazia oleh Satpol PP, Semua orang meredang. Tiba-tiba banyak tokoh yang bersuara lantang berseru agar perda yang berkenaan tantang pelarangan membuka warung pada bulan suci ramaadhan dihapuskan saja.

Entah kapan kondisi seperti ini akan selalu dilalui oleh mayoritas muslim dinegri ini. Serasa asing di negri sendiri. Serasa selalu dinomorduakan.

Kaum muslimin yang selalu menjadi korban namun juga selalu tampak sebagai pelaku. Siapa dalangnya? Mereka para pemilik media dan mereka yang sedari dulu sudah men-setting agar semua ini terjadi dan terus terjadi.
Comments
3 Comments

3 komentar:

Lisa Lestari mengatakan...

Kita harus bijak saat mendapat berita yaaa

Wiwid Nurwidayati mengatakan...

Saya sering geram dgn orang2 aneh nih

Unknown mengatakan...

Iya, mbak...

tak semua berita yang ada harus kita telen bulat-bulat. Ada saja dari media mainstream yang selalu memutarbalikkan fakta yang ada, apalagi kalau itu berkaitan dengan islam.

Tak lain orang-orang yang aneh itu adalah para pengusung pemikiran liberal.