Kamis, 17 Maret 2016

Luka Yang Tak Pernah Sembuh dari Anak Raja Yang Terdzolimi

   Kisah ini terjadi pada zaman kerajaan, terjadi ratusan tahun yang lalu. Namun -insyallah- mengandung hikmah yang begitu besar. Berikut kisahnya...

   Sudah menjadi adat para Khalifah terdahulu mengamanahkan kepada seorang alim(guru) untuk mendidik anak-anak mereka. Alim ini diberi kepercayaan sepenuhnya atas segala hal yang bersangkutan dengan proses belajar mengajar anak sang khalifah. 

  Dikisahkan bahwa dahulu ada seorang Raja yang termasuk dari raja-raja yang shaleh dan adil. Dia mempunyai seorang anak yang masih kecil. Raja ini ingin anaknya belajar, lalu ia datangkan seorang Guru untuknya. Pengajar ini pun telah diberi keleluasaan dalam mengajar anak sang raja. 

  Pada suatu hari, sang guru bertanya kepada pangeran kecil, "apakah kau telah menyelesaikan semua tugas yagn telah ku berikan untukmu?"

   Pangeran kecil menjawab dengan penuh adab, "Tentu wahai guru!"
   Namun tiba-tiba dengan cepat bak angin yang datang berhembus tanpa disangka, tangan sang guru mendarat di pipi pangeran kecil yang membuatnya jatuh tersungkur. 

  Dalam benak pangeran bertanya-tanya,"Mengapa ia menamparku? Apa yang telah ku lakukan? Bukankah aku telah mengerjakan apa yang guru perintahkan?" Namun karena ia menjaga adabnya, pangeran kecil tak sampai menyampaikan rasa herannya kepada sang guru. Ia hanya bertanya-tanya dalam hati.

   Berlalu 30 tahun sejak kejadian itu, Pangeran yang dulunya kecil sekarang sudah tumbuh besar dan menjadi pengganti ayahnya menjadi seorang raja. Di hari pertamanya duduk di singgasana ayahnya, ia tiba-tiba teringat dengan guru dzalim yang telah menamparnya tanpa sebab sewaktu ia masih kecil. Segera ia berseru kepada para prajuritnya, 

 "Wahai sang hakim..."
"Iya, yang mulia?"
"perintahkanlah prajuritmu untuk mendatangkan guru yang telah mengajariku dalu, secepatnya!"
"Baik, Yang Mulia."
"Datangkan juga algojo (tukang penggal) secepatnya!"
"Baik, Yang Mulia."

  Maka datanglah sang guru yang sekarang sudah sangat tua, bersamaan dengan itu, datang pula si algojo yang sudah bersiap-siap mengerjakan tugasnya.

  "Apakah kamu tau apa sebabnya aku memanggilmu kesini?"  
   "Ya, wahai Yang Mulia."
   "Kenapa kau lakukan apa yang kau perbuat hari itu kepadaku,? Tanya sang raja mengintrogasi.
   "Haaaaaaa? 30 tahun berlalu namum kau belum juga lupa terhadap tamparan itu?" kata guru dengan penuh hikmah, "sungguh pada saat itu, aku hanya ingin agar engkau merasakan yang namanya rasa sakit terdzlimi, hingga ketika kau menjadi raja kelak, kau sudah tau persis rasanya. Dan kau tidak akan mendzalimi siapapun."
  "Ya, Allah...Apakah itu sebabnya kau lakukan apa yang kau lakukan padaku? Pergilah.. sungguh aku telah memaafkan apa yang kau telah perbuat kepadaku. Dan aku akan bersyukur sepanjang hidupku kepadamu atas apa yang telah kau lakukan padaku dulu."

Hikmah yang dapat dipetik:

  • Kadang kala kita menilai sesuatu hanya pada dzahir (apa yang nampak) saja, tanpa berusaha menyelami apa makna yang tersirat didalamnya
  • Sungguh kedzaliman tak seharusnya dibalas dengan kedzaliman pula. Karena memaafkannya adalah hal yang lebih baik dan utama.
  • "Kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat,"Hadits Nabi.


   #kisah ini diterjemahkan langsung dari bahasa arab. 
   untuk versi arabnya, silahkan klik disini


Comments
4 Comments

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Test....

Video Arsip mengatakan...

Ceritanya mengandung hikmah yang luar biasa

Rujakkks mengatakan...

Hai, salam kenal. Bagus ceritanya :)
Tapi nampaknya bukan jatuh terpingkal. Kalau terpingkal itu untuk kata tertawa. Tertawa terpingkal-pingkal.
Oiya, bahasa Arab, versi Arab.

Unknown mengatakan...

Terimakasih mbak atas komentar dan masuknya.Sangat membantu ;)