Senin, 20 Juni 2016

Semangat Kendur ditengah Ramadhan

Puncak ramadhan...

Ibarat mendaki gunung, hari ini adalah kita sudah di tengah perjalanan menuju puncak. Dakian semakin terjal, batu-batu mulai menajam, dan menakutkan rasanya kalau kaki tiba-tiba tergelincir. Butuh perjuangan agar bisa sampai ke puncak dengan selamat.

Hari ke 15 Ramadhan ini, semangat beribadah kebanyakan orang mulai surut. Lembar-lembar Al-Quran mulai berat dilahap dan kebanyakan orang sudah mulai gagal fokus.

Sudah banyak yang mulai mengarahkan pikirannya untuk cari baju lebaran. Tak anyal, mesjid semakin sepi tapi mall? Tentunya jadi ramai. Bukan cuma itu saja, ibu-ibu tak mau ketinggalan. Resep kue terbaru sudah didapat, tinggal menyiapkan bahan-bahannya saja. Bacaan Al-Quran terabaikan dan pasar jadi sasaran.

Sibuk buat kue dengan resep paling baru dan sibuk cari baju dengan model paling update sampai tujuan ramadhan yang sebenarnya jadi terabaikan. Oh, ramadhan ku..

Hanya orang-orang istiqomahlah yg tetap fight sampai akhir. Tetap konsisten meski malas serasa menjejal diri. Terus memompa semangat agar bisa meraih gelar takwa.

"Dan pakaian takwa itu adalah yang lebih baik", Kata Allah Ta'ala didalam Al-Quran.

Dan yang menang adalah mereka yang hari ied nanti memakai baju takwa. Baju yang diberikan kepada mereka yg berhasil mengolah diri dalam Ramadhan kali ini.

#PenaPeradaban

Selasa, 14 Juni 2016

Sebelum Ramadhan Meninggalkan Kita

Pemerintah telah mengumumkan bahwa malam ini sudah terlihat hilal dan besok sudan masuk 1 syawal. Besok kita akan berlebaran.

"Semoa Allah menerima amal-amal kita,"

Pesan ini akan kamu temui diakhir ramadhan nanti jika Allah memanjangkan umur kita. Namun, dihari itu berapa banyak orang yang akan menyesal karena telah mengabaikan shalat jamaahnya.

Berapa banyak orang yang akan menyesal karna ramadhan ia habiskan hanya dengan menonton sinetron yang tak berisi manfaat kecuali sangat sedikit, bahwakan mungkin samasekali tidak ada.

Berapa banyak orang yang akan menyesal karena tidak mengkhatamkan Al-Quran.

Berapa banyak dari manusia yang akan menyesal karena ia menyaksikan orang bertarwih namun ia cepat keluar dari mesjid.

Bersegeralah memperbanyak ibadah dibulan ini krn ia hanya sekumpulan malam dan siang yang sangat terbatas. Inagatlah juga bahwa lelahnya ketaatan akan segera hilang namun pahalanya akan tinggal selama-lamanya.

Sungguh, perputaran waktu itu begitu cepat. Tidaklah kita membaringkan badan diatas pembaringan kecuali akan terbit cahaya fajar. juga, tidaklah kita bangun diwaktu pagi kecuali akan segera datang waktu tidur.

Aku berkata pada diriku: Orang yang bahagia adalah mereka yang mengisi lembaran catatan amalnya dengan kebaikan. Dan pertanyaan yang selalu muncul setelah itu adalah, bagaimanakah aku telah mengisi lambaran catatan amalku?

Apakah kita akan menghabiskan ramadhan tahun ini sama seperti tahun kemarin? 

Masih tersisa hari-hari yang cukup dari bulan ramadhan kali ini untuk kita mengejar ketinggalan. Memompa kembali semangat yang sayup-sayup akan redup.

 Ingatkah kalian apa yang Rasulullah lakukan ketika  menjumpai 10 hari terakhir ramadhan? Akankah beliau menghabiskannya dengan membantu sang istri menyiapkan kue lebaran? Atau berjalan ke pusat perbelanjaan dengan penuh semangat mempersiapkan baju untuk lebaran? 

Jawabannya tentu TIDAK wahai saudaraku. 

Mari kita renungi hadits berikut yang diriwayatkan oleh dua manusia yang kitabnya dijuluki kitab paling benar setelah Al-Quran:

"Adalah Rasulullah jika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Senin, 13 Juni 2016

'Islam yang Dinomorduakan'


Kita hidup ditengah ummat muslim yang jumlahnya kuranglebih 250 juta orang. Tapi apa yang kita rasa akhir-akhir menggambarkan betapa jumlah yang bayak itu samasekali tidak berpengaruh atas diskriminasi yang kaum muslimin dapat.

Dari masalah toleransi, ummat islam agaknya selalu dituntut untuk menjadi pihak yang harus selalu mentolerir apa saja yang terjadi. Baik itu masalah yang bersangkutan dengan agama, juga masalah diluar dari itu.

Dulu waktu ummat kristen melakukan natalan, kaum muslimin diminta untuk menghargai ritual keagamaan merak dengan ikut mengucapkan 'selamat natal'. Bahkan tak sedikit dari pelayan restaurant di mall-mall dipaksa sang boss untuk menggunakan atribut natalan.

Lalu diasaat datang bulan yang begitu agung bagi kaum muslimi diseluruh dunia yang dimana mereka diperintahkan untuk bepuasa dibulan itu, kaum muslimin harus kembali menjadi pihak yang harus mentolerir mereka yang tidak puasa. Aneh bukan?

Dan ketika seorang ibu -yang tanpa sepengetahuannya- masih menjajakan jualannya dibulan ramdhan dirazia oleh Satpol PP, Semua orang meredang. Tiba-tiba banyak tokoh yang bersuara lantang berseru agar perda yang berkenaan tantang pelarangan membuka warung pada bulan suci ramaadhan dihapuskan saja.

Entah kapan kondisi seperti ini akan selalu dilalui oleh mayoritas muslim dinegri ini. Serasa asing di negri sendiri. Serasa selalu dinomorduakan.

Kaum muslimin yang selalu menjadi korban namun juga selalu tampak sebagai pelaku. Siapa dalangnya? Mereka para pemilik media dan mereka yang sedari dulu sudah men-setting agar semua ini terjadi dan terus terjadi.

Jumat, 10 Juni 2016

Ramadhan Ia Abaikan

Tatkala Allah Ta'ala memberi kita kesempatan yang tak pernah Dia berikan kepada umat-umat sebelumnya, banyak dari kita yang tak peduli...

Ketika Allah jelas-jelas mengatakan bahwa bulan ini Dia mengampuni dosa-dosa, melipatgandakan pahala, membuka pintu surga lebar-lebar, menutup pintu neraka serapat-rapatnya, serta setan-setan pun Dia belenggu, banyak diantara kita yang masih tidak peduli...

Seakan deretan hadits dan juga ayat-ayat yang menjelaskan betapa mulia bulan ini, sama sekali tak memberi kesan lebih sehingga mereka tidak peduli...

   "Sekedar rutinitas tahunan saja," Begitu agaknya pikir mereka.

Berpuasa sebulan penuh; menahan diri dari lapar dan haus, hanya menjadi sebuah kewajiban yang cukup dilaksanakan tanpa ada tujuan yang ingin dicapai darinya. Begitu kebanyak cara berfikir kebanyakan dari kita yang sama sekali tak peduli dengan bulan agung ini.

Namun anehnya.... 

Ketika pusat-pusat perbelanjaan telah mengobral semurah-murahnya dagangan mereka, orang-orang yang tak peduli inilah yang paling pertama datang bertandang memborong semua yang hawa nafsunya inginkan. Dengan iming-iming diskon besar, begitu kuat dorongan hatinya untuk mendatangi tempat dimana ia bisa menghabiskan waktu puasanya dengan berbelanja sana sini. Benar-benar aneh pikirku.

Dan akhirnya...

Ketika hari yang fitri tiba, mereka adalah orang  yang terlihat paling bahagia. Mengapa? Karna bulan yang telah mengekang mereka dari makan dan minum telah pergi. "Ini adalah hari kebebasan...." Mungkin itulah hal yang ada dalam benak mereka.

Hari kemenangan bagi mereka, bukanlah kemengan hakiki. Bukan! kemenangan lebih tepat mereka tafsirkan sebagai hari kebebasan. Betul-betul miris.

#PenaPeradaban