Selasa, 29 Maret 2016

Bagaimana Memandang Perbedaan!

Perbedaan adalah hal lumrah yang sering terjadi di tengah kehidupan kita, apalagi kita setiap hari harus berinteraksi dengan banyak orang dengan beragam karakter dan latar belakang. Semua hal ini tentu tak jarang memicu timbulnya perbedaan. Nah, bagaimana kita seharusnya memandang perbedaan itu? dan apa langkah yang paling tepat untuk kita ambil demi mengatasi perbedaan yang terjadi? 

Dalam tulisan ini, saya akan berusaha untuk memberikan sedikit tips renyah yang bisa kita praktekkan dalam mencairkan masalah perbedaan pendapat atau pandangan. Sebelumnya bacalah cerita berikut ini... 

 Dikisahkan bahwa ada tiga orang buta yang dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya ada seekor gajah. Ketiga-tiganya diminta untuk mencaritau bagaimanakah gajah itu lalu nantinya mereka akan diminta untuk menjelaskannya.
  
 Mulailah satu persatu diantara mereka meraba tubuh gajah untuk mengetahui bentuknya. Si A berkata: Gajah itu empat tiang besar yang berdiri tegak!
Si B berkata: Gajah itu hampir sama persis dengan ular..
Dan si C berkata: Gajah itu seperti sapu..

Ketika mereka mendapati semua pendapat berbeda, mulailah mereka berdebat dan saling menuduh bahwa pendapat fulan dan fulan cuman bohong belaka. Tidak ada yang ingin menerima pendapat antara satu sama lain. Semua teguh dengan pendapat yang mereka hasilkan dari penelitiannya tadi. 

  Kalau kita perhatikan, si a memegang kaki gaja, si b memegang belalai gajah, dan si c memegang ekornya. Setiap mereka berpegang teguh kepada pendapatnya masing-masing tapi apakah ada yang mencoba menoleh kepada pendapat yang lain? 

Dari kisah diatas kita akan mengambil kesimpulan bahwa tidak ada yang salah. Semuanya benar. Bukan begitu?

Kebanyakan dari kita memandang suatu masalah hanya dari satu sisi saja, sehingga pendapat yang muncul dibenak kita pun hanya satu saja dan kita rasa itulah yang paling benar dan tepat. Rasa ego untuk menerima pendapat orang lain juga akan muncul dengan sebeb seperti ini. 

Untuk menghindari timbulnya pertikaian atau kesalah pahaman saat kita menemui sebuah perbedaan, mohon baiknya agar memperhatikan hal-hal berikut: 

Sikap toleran terhadap perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat tidak hanya terjadi pada kalangan awwam saja, melainkan hal ini juga terjadi diantara kalangan para ulama. Namun kalau kita perhatikan, begitu indah mereka mensikapi perbedaan yang mereka temui. Bahkan Imam Asy- Syafii penah berkata: 
"Perkataanku benar, namun memeiliki kemungkinan untuk salah.Sedangkan perktaan orang lain salah tapi memiliki kemungkinan untuk benar." 
Mereka para Ulama, mampu mengedepaankan sikap objektivitas serta sikap kedewasaan mereka yang tinggi, sehingga perbedaan yang mereka temui akan dilaluinya tanpa ada masalah sedikitpun.  Beginilah seharusnya cara pandang kita agar tidak timbul hal-hal yang kita tidak ingikan saat mendapati perbedaan pendapat.

Menyampaikan pendapat dengan cara yang santun
Perlu kita perhatikan bahwa setiap manusia tentu tidak suka dengan segala hal yang bersifat paksaan atau tekanan. Jadi tatkala kita mengemukakan suatu pendapat yang ternyata bertentangan dengan pendapat orang lain, baiknya kita menyampaikan pendapat yang kita miliki dengan sopan penuh santun, serta menghindari cara penyampaian yang bernada paksaan karna barang pasti mereka yang mendengarkannya takkan menerima apa yang kita sampaikan. 

Senin, 28 Maret 2016

Kapan Sabar Dikatakan Sabar?

 Sifat sabar tak bisa kita pisahkan dari keseharian seorang muslim. Bagaimana tidak, didalam Al-Quran sendiri begitu sering terulang ayat tentang anjuran dan keutamaan "bersabar", salah satunya ada didalam surat Azzumar ayat yang ke sepuluh, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," begitulah Allah menyebutkan salah satu keutamaan tentang mereka yang bersabar.

   Di ayat yang lain Allah juga berfirman:

       يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar," QS. (Al-Baqarah:153)


  Cukuplah kedua ayat ini kita jadikan penyemangat  agar  bisa bersabar disetiap musibah yang silih berganti datang menerpa. Sebagai muslim, kita juga perlu untuk mengetahui bahwa bersabar itu ada tiga macam, yaitu: 
  1. Bersabar dalam ketaatan kepada Allah
  2. Bersabar saat ditimpa musibah
  3. Bersabar untuk tidak melakukan kemaksiatan

  Yang pertama adalah: 1 "bersabar dalam ketaatan kepada Allah". Tak dipungkiri bahwa dalam menjalankan perintah yang Allah turunkan di dalam kitab-Nya maupun dalam sunnah Nabi-Nya, membutuhkan seubuah kesabaran. Mengapa demikian? Tentu kerna acap kali rasa jenuh bahkan malas datang tatkala kita ingin menunaikan sebuah amalan ibadah, makanya ketika diri kita dihadapkan pada konsidi seperti ini, sudah sepantasnyalah kita menyabarkan jiwa agar ia kembali bersemangat beribadah, Karena sungguh rasa lelah yang kita dapatkan ketika beribadah akan segera hilang. 

   Berkata seorang A'lim: Lelah dalam beribadah akan segera hilang dan pahalanya akan kekal. "Sedang lezat maksiat itu hanya sementara namun perihnya siksaannya begitu abadi."


2. Bersabar saat ditimpa musibah

  Siapa sih, diantara kita yang tak pernah merasakan yang namanya musibah didalam hidupnya? Saya rasa semua kita akan mengatakan jawaban yang sama, Ya.... kita semua pasti pernah mengalaminya. Lalu bagaimana sikap kita saat tertimpa musibah itu, merengek? teriak? atau bahkan mengumpat? semoga saja tidak. Semua hal itu tak pernah dicontohkan oleh kekasih kita Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. 

   Beliau bersabda: 
"Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya." (HR. Muslim)

3. Bersabar menjauhi kemaksiatan
   
  Godaan untuk melakukan kemaksiatan akan terus terbisikkan didalam hati seorang manusia sampai ia meninggal. Syaitan memang telah berjanji untuk senantiasa mengerahkan bala tentaranya untuk menggoda anak cucu adam dari segala arah; belakang, depan, kiri, kanan, bahkan dari atas dan bawah. Makhluk yang telah dikutuk oleh Allah ini takkan pernah menyerah sampai ia melihat manusia bergelimang dalam maksiat.

Nah, jika demikian adanya, kita harus lebih berhati-hati dengan bisikan syaitan seraya bersabar menahan diri kita dari berbuat maksiat seperti yang syaitan bisikkan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan pahala orang yang bersabar untuk tidak melakukan zina adalah surga Allah yang luasnya seluas langit yang tujuh lapis dengan bumi yang luas membentang. Beliau bersabda : 
 Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Tujuh golongan, Allah akan menaungi mereka pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya: Pertama : Imam (pemimpin) yang adil. Kedua : Pemuda yang membesar dengan beribadah kepada Allah. Ketiga : Insan yang hatinya terpaut dengan masjid. Keempat : Dua insan yang berkasih sayang kerana Allah, mereka bertemu dan berpisah kerana Allah. Kelima : Insan yang diajak (digoda) oleh wanita yang berpangkat dan cantik, lalu ia berkata : ‘Sesungguhnya aku takutkan Allah’. Keenam : Insan yang bersedekah dengan cara yang tersembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di belanjakan oleh tangan kanannya. Ketujuh : Insan yang mengingati Allah secara bersunyian lalu menitiskan air matanya.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)


  ------------------------

Semoga kita selalu diberikan rasa sabar yang cukup dalam kehidupan kita 

Jumat, 25 Maret 2016

Sifat Kikir Itu Turun Temurun

   Terkenal di sebuah desa seorang laki-laki yang sangat kikir. Suatu hari ia kedatangan teman yang sangat ia muliakan. Dia ingin menjamu tamunya dengan hidangan yang cukup spesial. Diapun segera memanggil anaknya menyuruhnya,

   "Nak! Aku kedatangan tamu yang mulia kedudukannya dimataku, pergilah kau ke pasar dan belilah setengah kilo daging yang paling bagus kualitasnya."

   Anaknya pun segera pergi dan setelah beberapa lama ia kembali tanpa membawa suatu apapun.

Sambil heran ayahnya bertanya, "Mana daging yang aku pesan?"
Anaknya menjawab, "Aku telah pergi ke penjual daging. Aku katakatan kepadanya: berikan kepadakau setengah kilo daging yang paling bagus yang kalian miliki! Dia menjawab: Aku akan memberikanmu daging yang 

Hidup Harus Sesadar Seorang Penyelam

   Hidup itu bagai lautan dalam yang sangat luas. Jika Anda ingin menyelaminya dan menikmati keindahan yang ada didalamnya, Anda harus mempersiapkan persiapan yang matang. Jika seorang penyelam saja begitu sadar mempersiapkan segalanya sebelum ia terjun menyelami indahnya lautan dari menyiapkan tabung gas sebagai alat pembantu pernapasannya, juga baju renang elastis untuk memudahkan pergerakannya saat berenang, dan sepatu katak untuk memudahkan mobilitasnya. Maka tentu sebagai seorang muslim, kita harus lebih siap lagi dari seorang penyelam untuk bisa selamat menyelami kehidupan ini.

  Yang kita persiapkan adalah kesadaran, yah, sebuah kesadaran yang akan membedakan kita dengan seseorang yang lagi tenggelam. Kesadaran akan menjadikan kita seseorang yang lebih peka terhadap apa yang terjadi, membuat kita lebih berfikir cerdas dari yang lain, dan tentunya kesadaran akan menjadi hijab antara kita dengan kesalahan yang memang harus kita hindari. (

  Alkisah, seekor harimau berburu ke sebuah lembah yang dipenuhi zebra. Ketika singa itu sudah sampai dan terlihat oleh buruannya, semua zebra pun berlari menjauh kecuali seekor saja. Zebra yang satu ini tetap berdiri tegap, bahkan ia malah maju ke arah singa. Heranya, singa itu malah menghindar lari. Melihat sang pemburu mundur, si zebra merasa bahwa ia telah menakuti singa itu. Semakin zebra maju, semakin mundur pulalah sang singa. Sampai zebra itu mempercepat langkahnya, bahkan ia berlari ke arah singa dan singa pun lari menghindar. 

    Akhirnya aksi kejar-kejaran terjadi, bukan singa yang mengerjar zebra, tapi malah zebra yang mengejar singa. Kejadian itu terus berlanjut dari satu lembah ke lembah yang lainnya, hingga zebra itu tiba-tiba terkejut dan baru menyadari bahwa ternyata dia telah berada diantara kawanan harimau. Tak ayal, kawanan singa itu segera menghujam ke arah zebra yang malang itu, "eittssss.... aku tahu aku akan segera menjadi mayat! Namun sebelum itu terjadi, bolehkah aku bertnya, singa yang ku kejar-kejar tadi kenpa dia tidak menerkamku?" tanya zebra ingin menghilangkan rasa penasarannya sebelum ia mati.

  kawanan singa tertawa mendengar pertanyaan si zebra yang malang, lalu salah satu diantara mereka menjawab," aku taruhan bersama teman-teman singaku yang lain untuk mendatangkan makan  siang hari ini kehadapan mereka secara Deliveri." 

  Singa tetaplah singa, dan zebra tetaplah zebra
   
#...#...#
   Kira-kira begitulah yang terjadi kepada orang yang hilang kesadaran dirinya, ia baru akan tersadar sesaat sebelum kehancuran akan mendatanginya. Tak beda jauh dengan seorang yang bermimpi -apalagi kalau mimpinya indah- ia akan terus terbawa mimpinya dan menganggapnya itu terjadi di dunia sadarnya, akan tetapi ketika ia sudah terbangun ia akan berkata,"Ohh... ternyata cuman mimpi."

  Kembali ke awal, saya inigin katakan kembali lagi bahwa kesadaran adalah kunci utama untuk dapat membuka pintu-pintu yang membawa kepada keselamatan di dunia maupun di akhirat. Bayangkan saja, banyak manusia pada hari akhir nanti -terutama orang-orang kafir- akan merasa sangat menyesal dengan kehidupan yang mereka sudah lalui di dunia, mereka berharap atau lebih tepat kita katakan "Berangan-angan" untuk diciptakan sebagai tanah saja, bukan sebagai manusia yang pada akhirnya akan disiksa kelak atas ketidak mauan mereka untuk sadar; sadar bahwa mereka diciptakan untuk menjadi hampa Sang pencipta. 

   (inspirasi dari buku 'Jalan Cinta Para pejuang' karya Salim A. Fillah)
     









Rabu, 23 Maret 2016

Kadang Kesalahan Orang Lain lebih Jelas Terlihat

  Ada seorang lelaki yang menikah dengan wanita yang masih satu keluarga dengannya. Sudah menjadi pengetahuan bersama dalam keluarga itu bahwa tak jarang ada salahsatu anggota keluarga yang mengalami pelemahan pendengaran ketika sudah menginjak usia dewasa. 

  Suatu hari, Laki-laki yang belum terlalu lama menikah dengan sepupunya itu merasa bahwa pendengaran istrinya mulai melemah. Dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan salah seorang dokter.
   "Ada satu cara yang ku rasa paling ampuh untuk memastikan pendengaran istrmu masih normal atau sudah melemah!" kata dokter sembari memberi saran. " Berdirilah 50 langkah dari istrimu lalu berbicaralah kepadanya dengan suara yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil,jika ia tak menjawabmu maka mendekatlah samapi kau berada 40 langkah darinya, namun jika ia masih tetap belum mendengarkanmu, mendekatlah sampai kau berada 20 langkah darinya. Jika ia belum juga mendengarmu, mendekatlah sampai kau berada 10 langkah darinya, akan tetapi jika hasilnya masih saja begitu, berdirilah dibelakangnnya dan ulangi kalimat yang sama. Dengan ini kau bisa memastikan kukuatan pendengaran istrimu!" 

  Laki-laki itu pun segera pulang dan mengerjakan apa yang disarankan oleh dokter. Di rumah, ia mendapati istrinya sedang memasak di dapur. Maka dia pun menjauh 50 langkah dari istrinya lalu berkata dengan suara yang sedang, "Kekasihku, apa sedang kau masak untuk makan siang kita?"
Istrinya tidak menjawab..
Dia pun medekat sampai ia berada 40 langkah dari istrinya kemudia kembali mengulangi kalimat yang sama.Namun istrinya juga tidak menjawab. kemudian ia berdiri dari jarak 20 langkah... lalu dari jarak 10 langkah, akan tetapi istrinya juga tidak menjawab. Ketika ia  sudah berada tepat dibelakang kekakasihnya yang sedang menyiapkan makan siang, ia kembali berkata, "Kekasihku, apa sedang kau masak untuk makan siang kita?" 
  
  Istrinya menoleh sembari berkata,"Ini sudah yang kelima kalinya aku katakan Ayam panggang!"

hahahaha...... 

 Ternyata siapa yang tuli?

 Dari kisah ini kita dapat memetik sebuah kesimpulan bahwa "tak layak bagi kita untuk merasa selalu benar. Terkadang kesalahan itu tepat berada pada diri kita namun rasa ego yang begitu tinggi menghalangi kita untuk melihat kesalahan itu. Malah kesalahan itu terlihat pada orang lain."

  Ada pepatah yang mengatakan: Semut di sebrang pulau jelas terlihat, namun gajah (tai mata) dipelupuk mata sama sekali tak terlihat.


  • Silahkan bagikan (copy-paste) tulisan ini jika anda merasa bahwa didalamnya terdapat faedah atau kebaiakan.



  <br>kisah inspiratif
   

Senin, 21 Maret 2016

Kisah: Lelaki Yang Mati Membawa Obsesi Yang Besar


  Kisa ini berasal dari negri Cina. Terjadi ratusan tahun yang lalu. Bermula ketika suatu hari Raja ingin memberi hadiah sebagai balas budi kepada salah seorang rakyatnya. "Tempuhlah perjalan diatas padang ini dengan kedua kakimu, dan sejauh mana kau bisa melangkah maka itu akan menjadi milikmu," Seru raja kepada rakyatnya itu. 
  
  Mendengar penuturan sang raja, bagai anak kecil yang baru mendapat mainan baru, rakyat yang diberi hadiah pun menjadi kegirangan. Senang bukan kepalang. Dia  segera memulai langkahnya diatas padang yang dimaksud sang raja dengan iming-iming ia akan memili tanah seluas dan sejauh langkah perjalanan yang bisa ia tempuh. 

  Jauh langkah yang telah ia tempuh, rasa lelah pun sudah datang menghampirinya. Dia mulai berfikir untuk kembali memui raja dan melaporkan sejauh mana ia telah melangkah, namun ternyata ia berubah pikiran. Agaknya obsesinya terlalu besar untuk memiliki tanah yang lebih luasl lagi. Keputusan untuk tetap melanjutkan langkahnya telah ia ambil dengan penuh yakin.

   Sekarng, betapa jauh ia dari kerajaan. Ia kembali berfikir unutk menyudahi langkahnya. Namun lagi-lagi obsesinya yang terlalu besar untuk mendapatkan yang lebih sudah membutakannya. Dipikirannya hanya ingin mendapat yang lebih dan lebih....

  Bagaimana akhirnya? Dia tersesat...  Dan akibat kelelahan yang sangat, dia menjadi stres dan akhirnya meninggal kelaparan karna ia sama sekali tak membawa makanan dan minuman.

  Darinya, berkatalah sang raja," Kebahagiaan itu tatkala kau mengetahui bagaimana merasa cukup (Qanaah)


لو كان لابن آدم واديان من ذهب لأحب أن يكون له ثالث ولا يملأ فاه إلا التراب ويتوب الله على من تاب
“Andai anak manusia telah memiliki dua lembah emas, niscaya ia masih berambisi untuk memiliki lembah ketiga. Dan tiada yang daat memenuhi mulut (menghentikan ambisi) manusia selain tanah kuburannya. Sedangkan Allah senantiasa menerima taubat setiap orang yang sadar dan kembali kepada-Nya.” (Muttafaqun ‘alaih dan At Tirmizy).

Minggu, 20 Maret 2016

Kapan Kamu Harus Melompat

  Seorang Peneliti mengambil seekor katak lalu memasukkannya kedalam air yang sangat panas untuk melihat reaksi katak tersebut. Tak anyal, katak itu segera melompat keluar dengan sangat cepat.
   Peneliti ini menunggu untuk beberapa saat lalu kemudian menangkap kembali katak yang sama. Dia sirami katak itu dengan air dingin untuk menenangkannya.
   Kemudian si peneliti memasukkan hewan percobaannya itu kedalam kuali yang cukup besar yang berisi air dingin. Setelah melihat katak itu tenang, ia mulai menyalakan api dibawah kuali.
   Lambat laun air yang tadinya dingin, sedikit demi sedikit mulai bertambah suhunya. Suhunya mulai berubah dari 10 ℃ sampai 20℃, dan begitu seterusnya, air semakin bertambah panas bahkan hampir mendidih. Namun katak itu sama sekali tak bereaksi, ia tetap tenang dalam air itu sampai iapun mati.
   Melihat itu, sang peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya katak tidak bisa merasakan perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit disekitarnya meski itu akan membunuhnya.
__________________
Hikmah ♡
    Sebenarnya kenapa katak itu bisa mati? Mungkin kebanyakan dari kita akan menjawab "air mendidihlah yang telah membunuhnya!" Bukan...! bukan itu sebabnya. Sebenarnya katak itu mati karna ketidakmampuannya mengambil keputusan kapan ia harus melompat dari kuali itu.
    Setiap dari kita butuh untuk menyesuaikan diri dengan manusia yang lain, namun yang lebih penting lagi ialah bagaimana kita tau kapan kita harus menyesuaikan diri, sampai sejauh mana penyesuaian itu, dan kapan kita harus menjauh  atau bahkan melawan untuk tidak menyesuaikan diri lalu mengambil keputusan yang sesuai.
    Jika kita selalu membuka pintu kepada seluruh manusia untuk mengarahkan atau mengeksploitasi kita dari segi harta, tenaga, atau pikiran, maka itu akan terus berlanjut sampai mereka menguasai kota sepenuhnya tanpa kita sadari.
   #harus pintar-pintar mengambil keputusan
  
   

Sabtu, 19 Maret 2016

Antara jati diri dan harga diri

    Pergolakan zaman tak jarang membawa arus yang berdampak buruk. Ketika zaman terus berputar maka arusnya selalu menghanyutkan. Cobalah perhatikan betapa banyaknya manusia yang sadar atau tidak, mereka telah hanyut dengan arus menghanyutkan ini. Kehilangan jati diri sekaligus harga diri.

   Sekarang adalah zamannya modernisasi, dari hal kecil sampai hal yang besar banget semuanya tak luput dimodernisasikan. Bahkan agama sekalipun. Kalau dulu kita cuman tau model jilbab yang sederhana saja; tanpa pernik tanpa hiasan, maka zaman ini itu semua sudah berubah. Model jilbab dari hari ke hari semakin bertambah; ada yang melilit-lilit bak ular piton, ada yang terlihat kaya pot ada bunganya, atau model-model lainnya yang sama anehnya.

    Itulah sedikit gambaran tentang agama yang ikut di modernkan. Kata mereka sih, "biar islam gak ketinggalan jaman." Hehehehe.... tanpa anda rubah pun islam akan selalu sesuai dengan zaman.

   Kalau sedikit kita telisik tentang jati diri dan harga diri anak muda zaman sekarang, kita akan dapati mereka dalam keadaan mabuk -maaf, yang saya anggap mabuk disini bukan kerana minuman, akan tetapi mabuk krn akal mereka kacau tak bisa berfikir jernih. Semua tren yang diimpor dari Dunia Barat tak ada satupun yang luput untuk mereka santap, semuanya dilahap habis. Sampai hal yang merusakkan harga diri dan jati diri sekalipun tak menjadi masalah bagi mereka untuk tetap diikuti. "Yang penting keren dan sesuai tren," mungkin begitu pikir mereka.

    Kalau ada tren yang lagi laku, meski itu dibuat oleh sekumpulan orang konyol, ada saja yang tak mau ketinggalan untuk ambil bagian. Akhirnya apa? Harga diri rusak dan jati diri hilang entah kemana.

   Sekarang ada tren anak muda yang menurut saya konyol stadium 4. Kalau Anda punya instagram atau facebook, mungkin Anda pernah melihat sekumpulan remaja dan remaji yang melakukan hal konyol di zebra cros (tanda penyebrangan). Mereka mengambil foto dengan gaya yang berbeda-beda; dari gaya jinni o jinni, tiduran, bahkan sampai gaya orang shalat. Parahnya, mereka melakukan itu semua tatkala lampu merah sedang menyala dan para pengendara berhenti. Tanpa rasa malu atau canggung sedikitpun anak-anak muda yang kehilangan jati diri ini melakukan itu semua didapan khalayak ramai.

    Saya sempat berfikir, bagaimana mungkin seseorang melakukan utu semua dengan keadaan sadar tapi tak malu sedikitpun? Tapi kemudian mulai mengambil kesimpulan bahwa mereka sebenarnya tanpa sadar sedang terjangkit arus zaman. Arus yang membuat seseorang kehilangan jati diri dan harga diri.

   #Semoga generasi selanjutnya tak menjadi budak jaman yang akibatnya jadi alay tingkat akut.
  

  
  

Jumat, 18 Maret 2016

Pesan Cinta seorang Ibu kepada Anaknya


    Tidakkah surat cinta ini adalah setulus bait-bait cinta yang ditulis oleh seorang Ibu kepada anaknya. Semoga dengannya kita bisa mengambil banyak faedah.......


  Wahai anakku! Suatu hari nanti kau akan mendapatiku dalam keadaan tua renta, dimana aku tak mampu lagi untuk mengurusus segala keperluanku. Darinya, aku berharap engkau memberiku sebagian waktu dan kesabaranmu untuk memahamiku.

   Ketika tanganku bergetar tak mampu memegang seusuatu, lalu tertumpah makan diatas dadaku, dan ketika aku tak mampu lagi mengganti bajuku sendiri, ku harap engkau betul-betul bersabar terhadapku.

  Ingatlah dulu ketika aku mengajarimu tentang apa yang hari ini aku tak sanggup lagi mengerjakannya seorang diri! Ketika kau dapati diriku tak mampu lagi unutuk memperhatikan kebersihanku, tolong! jangan kau salahkan aku. Ingatlah ketika dulu aku selalu berusaha dan berusaha membuatmu terlihat bersih dan rapi. 

  Jangan kau tertawakan aku jika diriku terlihat bodoh dan tak paham dengan zaman kalian sekarang. Jadilah kau sebagai mata dan pikiranku untuk segala hal yang aku tak pahami. Bukankah dulu akulah orang yang selalu mengajarimu tentang adab dan berbagai ilmu sehingga hari ini engkau bisa menjadi seperti ini? Maka bagaimanakah kau akan menuntunku di masa tuaku ini tentang apa yang harus ku kerjakan dan apa yang harus ku tinggalkan?

  Jangan kau bosan dengan lemahnya ingatanku serta lambatnya cara bicaraku saat berbicara denganmu karena kebahagiaanku sekarang adalah saat kita sedang bercakap! Kebahagiaanku hanya ketika aku membutuhkan sesuatu dan kau mengerti apa yang aku butuhkan. 

   Jika kakiku tak mampu lagi menopang diriku untuk pergi ke suatu tempat yang aku inginkan, aku harap engkau ada untuk menjadi penopangku dan aku sangat berharap engkau membawaku dengan penuh kelemah-lembutan. Tidakkah kau ingat bahwa akulah dahulu yang selalu membawamu kemana-mana?  akulah yang selalu ada disisimu untuk mengajarimu cara berjalan diwaktu kecilmu dulu, esok pun kau akan mencari siapa yang akan menuntunmu diusia tuamu nanti.

  Ketahulah! hidupku takkan lama lagi, mungkin ajal tak lama lagi akan mendatangiku.

  Terakhir.... 

  JIka kau mengingat suatu kesalahan tentangku, pahamilah bahwa aku tak pernah menginginkan sesuatu untukmu kecuali kebaikan saja. Dan sebaik-baik apa yang kau lakukan unutkku sekarang adalah memaafkan segala kesalahanku dan menutupi segala keburukanku. 
  
  Sungguh tawa dan senyummu masih selalu membuatku senang, maka jangan engkau larang aku unutk terus bersamamu. Aku dahulu bersamamu saat kau dilahirkan, jadi aku berharap aku pun masih bersamamu ketika kematian datang padaku. 



  •    

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
 “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.



  

Kamis, 17 Maret 2016

Luka Yang Tak Pernah Sembuh dari Anak Raja Yang Terdzolimi

   Kisah ini terjadi pada zaman kerajaan, terjadi ratusan tahun yang lalu. Namun -insyallah- mengandung hikmah yang begitu besar. Berikut kisahnya...

   Sudah menjadi adat para Khalifah terdahulu mengamanahkan kepada seorang alim(guru) untuk mendidik anak-anak mereka. Alim ini diberi kepercayaan sepenuhnya atas segala hal yang bersangkutan dengan proses belajar mengajar anak sang khalifah. 

  Dikisahkan bahwa dahulu ada seorang Raja yang termasuk dari raja-raja yang shaleh dan adil. Dia mempunyai seorang anak yang masih kecil. Raja ini ingin anaknya belajar, lalu ia datangkan seorang Guru untuknya. Pengajar ini pun telah diberi keleluasaan dalam mengajar anak sang raja. 

  Pada suatu hari, sang guru bertanya kepada pangeran kecil, "apakah kau telah menyelesaikan semua tugas yagn telah ku berikan untukmu?"

   Pangeran kecil menjawab dengan penuh adab, "Tentu wahai guru!"
   Namun tiba-tiba dengan cepat bak angin yang datang berhembus tanpa disangka, tangan sang guru mendarat di pipi pangeran kecil yang membuatnya jatuh tersungkur. 

  Dalam benak pangeran bertanya-tanya,"Mengapa ia menamparku? Apa yang telah ku lakukan? Bukankah aku telah mengerjakan apa yang guru perintahkan?" Namun karena ia menjaga adabnya, pangeran kecil tak sampai menyampaikan rasa herannya kepada sang guru. Ia hanya bertanya-tanya dalam hati.

   Berlalu 30 tahun sejak kejadian itu, Pangeran yang dulunya kecil sekarang sudah tumbuh besar dan menjadi pengganti ayahnya menjadi seorang raja. Di hari pertamanya duduk di singgasana ayahnya, ia tiba-tiba teringat dengan guru dzalim yang telah menamparnya tanpa sebab sewaktu ia masih kecil. Segera ia berseru kepada para prajuritnya, 

 "Wahai sang hakim..."
"Iya, yang mulia?"
"perintahkanlah prajuritmu untuk mendatangkan guru yang telah mengajariku dalu, secepatnya!"
"Baik, Yang Mulia."
"Datangkan juga algojo (tukang penggal) secepatnya!"
"Baik, Yang Mulia."

  Maka datanglah sang guru yang sekarang sudah sangat tua, bersamaan dengan itu, datang pula si algojo yang sudah bersiap-siap mengerjakan tugasnya.

  "Apakah kamu tau apa sebabnya aku memanggilmu kesini?"  
   "Ya, wahai Yang Mulia."
   "Kenapa kau lakukan apa yang kau perbuat hari itu kepadaku,? Tanya sang raja mengintrogasi.
   "Haaaaaaa? 30 tahun berlalu namum kau belum juga lupa terhadap tamparan itu?" kata guru dengan penuh hikmah, "sungguh pada saat itu, aku hanya ingin agar engkau merasakan yang namanya rasa sakit terdzlimi, hingga ketika kau menjadi raja kelak, kau sudah tau persis rasanya. Dan kau tidak akan mendzalimi siapapun."
  "Ya, Allah...Apakah itu sebabnya kau lakukan apa yang kau lakukan padaku? Pergilah.. sungguh aku telah memaafkan apa yang kau telah perbuat kepadaku. Dan aku akan bersyukur sepanjang hidupku kepadamu atas apa yang telah kau lakukan padaku dulu."

Hikmah yang dapat dipetik:

  • Kadang kala kita menilai sesuatu hanya pada dzahir (apa yang nampak) saja, tanpa berusaha menyelami apa makna yang tersirat didalamnya
  • Sungguh kedzaliman tak seharusnya dibalas dengan kedzaliman pula. Karena memaafkannya adalah hal yang lebih baik dan utama.
  • "Kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat,"Hadits Nabi.


   #kisah ini diterjemahkan langsung dari bahasa arab. 
   untuk versi arabnya, silahkan klik disini


Rabu, 16 Maret 2016

Pemuda tanpa "Tapi" bag. 1

   Sungguh hidup ini adalah kumpulan fase-fase yang menakjubkan. Penciptaan kita yang pertama kali ialah di dalam perut Ibu, dan itu adalah fase pertama yang kita lalui. Kemudian lahirlah kita sebagai manusia baru, dan ini adalah fase kedua. Dalam fase ini, kita masih dalam keadaan lemah dan belum mampu berbuat apa-apa.
    Hari demi hari berlalu berganti bulan, deretan bulan berlalu menjadi tahun, dan tumbuhlah manusia yang tadinya penuh kelemahan menjadi seorang yang kuat fisik, akal, dan sempurna bentuknya. Pada fase ini, kita betul-betul sempurna dalam segala hal.
    Fase ini adalah masa muda. Masa yang pada saat itu semangat begitu menggebu, ambisi tak pernah padam, dan keinginan yang tak pernah surut. Pada masa ini, begitu banyak orang yang meraih sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun ada juga yang tak mempu menghasilkan apa-apa, ia terlena dengan apa yang ia miliki sehingga semangat, ambisi, maupun keinginannya tak bisa ia pandu ke arah yang lebih positif. Singkat kata, ia gagal di masa mudanya. 

    "Kiteria Pemuda"
    Apasih kriteria pemuda yang sebenarnya? Disini saya akan mencoba memberi sedikit ulasan tentang kriteria pemuda dalam Pandangan Umum dan dalam Pandangan Islam.
Mungkin diantara keduanya tak memiliki perbedaan yang begitu mencolok dalam menentukan apa saja kriteria seseorang sehingga ia layak dikatakan seorang pemuda. 

     a.Pandangan Umum
Sebenarnya belum ada batasan pasti yang tersepakati secara bersama tentang batasan usia muda bagi seseorang. di Indonesia misalnya, Usia muda dikategorikan untuk yang berumur 17-25 tahun, sedangkan di Ingris, seseorang masih dianggap muda pada umur 32 tahun keatas. Ini menandakan bahwa masih ada perbedaan didalam menentukan batasan seseorang sudah atau masih dianggap muda. 
     b.Pandangan Islam
   Dalam pandangan islam, seseorang dikatakan pemuda (Syabab) sejak ia berusia balig sampai ia berumur 30-40 tahun. Sebenarnyatidak jauh beda dengan masa yang ditentuka oleh orang pada umumnya, hanya saja, didalam islam seseorang akan mendapatkan julukan sebagai seorang pemuda sampai umurnya mencapai 30 atau 40 tahun. 

Selasa, 15 Maret 2016

Jadi Ustadz Dadakan

    Hidup itu adalah kumpulan-kumpulan peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Kadang tinggal sebagai kenangan indah, namun tak jarang ia menjadi empedu dalam memori kenangan, pahit untuk diingat. 

   Nah, dalam tulisan ini ku ingin berbagi sepotong pengalaman yang sedikit menggelitik tapi juga mengangkan yang pernah ku alami dimasa perantauan di Jakarta. Eh, sebelum bercerita panjang lebar, teman mungkin perlu tau bahwa kurang lebih tiga tahun sudah ku habiskan di kota ini. Umumnya sebagai seorang mahasiswa, saya juga mencari kerja sampingan yang cukup untuk membantu keperluan sehingga tak bergantung banyak kepada orang tua. Nah, singkat kata, saya tinggal di sebuah pesantren penghafal quran di Depok. Tinggal menetap disana sebagai pembina sekaligus tenaga pengajar. Hitung-hitung bisa dapat tempat gratis plus makan tiga kali sehari tanpa harus bayar, bahkan digaji setiap bulan, 30 hari. hehehe.....

    

Senin, 14 Maret 2016

Anti Teror atau Penebar teror?

   Kembali hati tersayat pilu melihat kelakuan dzalim anggota Densus 88, Detasemen anti teror yang agaknya malah menebar teror dikalangan ummat Islam tanah air.

    Sungguh miris melihat hasil kerja mereka yang tak ada bedanya dengan cara kerja preman. Tangkap, pukuli, siksa, lalu kalau sudah jadi mayat, korban yang dianggap tersangka,       -sekali lagi baru berstatus tersangka- dipulangkan oleh mereka tanpa rasa bersalah sedikit pun.  Atau kalau tidak, kesatuan yang dibawahi BNPT ini tak jarang didapati salah tangkap.

    Kematian terduga Siyono, warga Muhammadiyah yang ditangkap aparat Densus 88 pada Selasa (08/03/2016)lalu, dan dinyatakan tewas saat pemeriksaan pada Jum’at (11/03/2016) bisa kita jadikan contoh betapa arogan standar kerja Detasemen ini. Bertindak seenaknya, mengeksekusi tanpa ada keputusan, bahkan orang yang mereka juluki tersangka bisa saja ditembak ditempat tanpa diadili terlebih dahulu.

    Dikabarkan bahwa pihak Densus pun tak mengizinkan keluarga korban untuk melihat dan mengganti kain kafan korban. Namun setelah bersitegang, akhirnya keluarga korban dapat melihat sekaligus mengganti kain kafan Siyono. Akan tetapiterlihat luka lebam disekitar tubuh korban, bahkan salah satu jari kaki korban hampir terputus. Hasbunallahu wa ni'mal wakil.

      Adapun kesaksian dari Polisi, korban meninggal karena kelelahan saat berkelahi melawan petugas ketika dibawa di dalam mobil.

    Masuk akal kah?

     

    

Jumat, 11 Maret 2016

Sebenarnya Musibah itu Indah!

   Hidup itu berklika-liku. Kadang berjalan mulus tanpa kendala, kadang belok meliuk bak jalan berliku, kadang juga penuh hambatan sulit dilalui. Tapi bagaimanapun itu, begitulah yang namanya hidup. Anugerah tiada tara yang Allah berikan kepada seluruh manusia.

 Didalam hidup ini, kita acap kali menemui yang namanya kesulitan atau musibah. Tak ada seorang pun yang dapat lolos darinya, semua pasti dapat. Tapi meskipun demikian, perlu kita ketahui bahwa Allah menjadikan musibah itu -bagi seorang muslim- sebagai penghapus dosa, pengangkat derajat, dan juga sebagai ujian bagi muslim itu sendiri.
   
   Rasulullah bersabda :

قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.  (HR. Bukhari).
   Berarti Allah Ta'ala memberikan kita ujian berupa musibah hanya untuk kebaikan kita sendir. Bahkan di hadits yang lain, Rasulullah juga mengabarkan bahwa musibah itu adalah pengangkat derajat seorang muslim disisi Allah azza wa jalla. Beliau bersabda:
     "مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً"
    "Tidak ada satu pun musibah yang mneimpa seorang muslim berupa duri atau semisalnya melainkan dengannya Allah mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." (HR. Muslim)

   Betapa indah hikmah yang terkandung di balik ujian dan cobaan bagi seorang muslim. Dan sungguh akan bertambah ganjaran yang akan meraka dapatkan dari musibah itu ketika musibah itu mereka terima dengan sabar berlapang dada.
    Allah azza wa jalla berfirman, 
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب

Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10)

    Dan patutnya kita mencontoh apa yang di kerjakan Ummu salah ketika ia tertimpa musibah berupa kematian suaminya lalu ia bersabar dan memanjatkan doa yang diperintahkan oleh Rasulullah; 

         إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْه

  Artinya: “Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.”
   dan Beliau -Ummu Salamah- berharap agar Allah menggantikan suaminya yang wafat dengan Rasulullah. Dan ternyata Allah meng-ijabah doanya sehingga menikahlah ia bersama Rasulullah.

       Semoga kita menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah dengan bersabar da ikhlas atas musibah yang menimpa kita. Dan juga, semoga Allah menjadikan musibah yang menimpa kita sebagai penghapus dosa, sekaligus pengangkat derajat kita di sisiNya. 

Amiii......
  
   

Selasa, 08 Maret 2016

Disinilah Kami Menimba Ilmu

   Disinah kami menunaikan kewajiban sebagai seorang penuntut ilmu syar'i. Duduk berjejer bak kendi kosong yang siap dituangi air sejuk nan segar sampai penuh meluap didalam ruangan yang kira-kira luasnya 11 X 11 meter. Hampir cukup luas untuk menampung jumlah kami yang agak banyak; 60 lebih mahasiswa.

   Ruangan ini hampir terisi penuh oleh kursi khas mahasiswa yang tersusun rapi dari bagian depan hingga belakang.

    Terlihat papan tulis putih menghiasi bagian depan kelas dengan indah. Ditambah sepasang meja yang bergaya formal dan kursi hitam empuk yang menjadi singgasana bagi tiap dosen yang datang berbagi ilmu di kelas, menimbulkan kesan kelas yang lumayan nyaman. Diatas meja terdapat mikrofon yang terhubung dengan speaker di ruangan kami dan juga terhubung ke ruangan  mahasiswi. Memang di Kampus, ruangan antara mahasiswa dan mahasiswi dipisahkan. Tak ada campur baur laki-laki dengan perempuan. Sungguh islami bukan?

   Disamping kanan papan tulis, ditempel empat sterofoam persegi panjang yang digabung menjadi satu kemudian dihias ala kadarnya dengan sedikit pita sebagai papan pengumuman kelas. Disitulah tertempel beberapa kertas jadwal belajar dan sedikit info.

    Adapun bagian belakang kelas, terdapat LCD yang cukup lebar berdiri tegak dengan kamera yang setiap saat menyorot dosen saat menjelaskan pelajaran. Kamera ini juga sengaja dipasang dan dihubungkan ke kelas mahasiswi agar mereka juga dapat melihat dosen saat memaparkan materi.

   Ruangan ini sedikit unik dengan dinding bagian kiri yang semuanya dari kaca. Setiap saat kami bisa menerawang bebas keluar kelas melihat pemandangan indah yang tersaji. Melihat jejeran pohon yang rimbun serta bagunan tinggi yang terlihat jauh.
   
   untuk penerangan, kelas kami dipasangi setidaknya 48 lampu hologen yang dipasang di 12 bagian secara berpasangan. Kemudian dipasangi corong AC dibeberapa bagian untuk memberi sedikit kesejukan bagi para pencari ilmu yang ada dibawahnya.

   
    

  

  

Minggu, 06 Maret 2016

Memdalami Makna Cinta

Cinta...  

  Kembali berbicara tentangnya. Sebuah rasa yang meluap-luap dalam hati. Menimbulkan bara api yang tak pernah padam memicu rindu. Membuat siapapun yang mengidapnya tiba-tiba buta dan tuli kepada selain yang ia cintai. Menjadikan seseorang rela berkorban apapun karnanya.  Dahsyat niat cinta itu.

   Didalam hadits pun, Rasulullah menggambarkan cinta dengan sesuatu yang membutakan. Beliau bersabda, ''Kecintaanmu pada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli.'' (Diriwayatkan Ahmad)

   Banyak perjalanan cinta yang sampai sekarang masih tetap dikenang kerena kisahnya yang begitu memikat, menakjubkan dan sekaligus menginspirasi. Ada ''Qois dan Laila'' dari negri arab,  adapula ''Romeo dan Juliet'' dari negri barat. Tak sedikit yang terkagum-kagum kepada dua kisah itu, meski tak dipungkiri, ujung perjalanan kisah mereka bukan sebuah pertemuan yang membahagiakan, melainkan sebuah akhir tragis yang memilukan. 

   Qois tak bersatu dengan Laila dalam ikatan pernikahan, begitu juga dengan Romeo yang akhirnya bunuh diri meneguk nila. 

   Sebenarnya kedua-duanya sama sekali tak menunjukkan seorang pencinta sejati.  Mereka lebih tepat dinamai budak cinta.  Cinta telah membutakan sekaligus menghancurkam hidup keduanya. Namun, terlanjur kisah mereka menjadi inspirasi bagi para pemuja cinta.

  Cinta yang sejati adalah rasa yang ditanam dalam hati yang subur dengan iman,  dipupuk diatas taqwa dan dibina dengan penuh keikhlasan menghrap ridha Sang Pencipta Cinta.

   Itulah cinta yang mengantarkan kepada bahagia yang tak berujung. Rasanya akan selalu melukis senyum diwajah, membuat langkah terasa ringan dan hidup kan lebih berwarna.

 

Sabtu, 05 Maret 2016

Hatiku

Hati itu rapuh dan rentan terkena penyakit. Iman yang ada didalamnya pun selalu tak menentu, kadang bertambah dan kadang juga berkurang.

    Orang yang tau pasti dengan hal ini, akan selalu mengupayakan untuk menjaga kualitas imannya. Ia selalu memeriksa keadaan hatinya dan berusaha untuk meningkatkan kualitas imannya.

    Tak heran kalau kita dapati ada orang yang imannya seperti baru karang, yang tak goyah meski cobaan dan ujian datang silih berganti. Mereka kokoh dengan iman yang mengakar kuat dalam hatinya.

    Sedang, kita juga tak jarang melihat orang yang sering linglung terombang ambing diatas hawa nafsu yang membawanya kemana-mana. Ia tak memiliki benteng pertahanan yang kuat untuk menghalau derasnya gelombang syahwat yang datang menerpa. Mereka itu adalah orang yang hatinya tak memiliki iman diatas standar rata-rata. Itulah kita(saya).

   Sehingga jika demikian adanya, sudah sepatutnya untuk kita tak pernah merasa lelah meng-update iman kita dengan mendekatkan diri kepada Sang Pemilik hati, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.