Jumat, 26 Februari 2016

Tamasya Yang Berujung Penyesalan

Tersebutlah ada seorang lelaki yang bepergian bersama istri dan anak-anaknya. Di dalam perjalanan, ia melihat seorang laki-laki yang berdiri disamping jalan, dia kemudian menghentikan laju mobilnya dan menghampiri laki-laki tadi yang masih berdiri ditempatnya.
"Siapa engkau?" tanya sang suami pada laki-laki itu.
Dia berkata, "Aku adalah Harta.."
Sang suami kemuadian bertanya kepada istri dan anaknya, "Apakah kita mengajaknya untuk ikut bersama kita?"
Dengan serempak mereka semua menjawa, " Ya...... Dengan harta kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan dan juga membeli apapun yang kita mau."
Maka ikutlah Harta bersama meraka...
Mereka pun kembali melanjutkan perjalan sampai mereka kembali bertemu dengan laki-laki lain yang juga sedang berdiri di pinggir jalan. sang suami menepikan mobil yang mereka tumpangi untuk menghampiri laki-laki tersebuat.
Suami bertanya, "Siapa engkau?"
"Aku adalah kekuasaan dan kedudukan," jawab lelaki itu.
Sang suami kemuadian bertanya kepada istri dan anaknya, "Apakah kita mengajaknya untuk ikut bersama kita?"
Mereka semua menjawab dengan senang, "Ya... tentu saja, dengna kedudukan dan kekuasaan, kita dapat mengerjakan apapun dengan kehendak kita"
Maka ikutlah kedudukan bersama mereka...

Dan seperti inilah mereka; menemui banyak lelaki dalam perjalan mereka yang penuh dengan kesenangan dan kemegahan dunia. Sampai mereka bertemu dengan laki-laki lain, sang suami kembali menghampirinya lalu bertanya, "Siapa engkau?"
"Aku adalah Agama...." jawab laki-laki itu.
seaat sang suami terdiam sambil berfikir...
Walhasil, suami beserta istri dan anaknya sepakat untuk tidak mengikutkan Agama dalam perjalan mereka.
"Saat ini ia tidak cocok untuk ikut dalam perjalanan ini, kita butuh dunia dan segala kesenangannya, bukan Agama yang akan membuat kita lelah dengan aturan-aturannya, dia menekankan kita untuk shalat dan puasa. Dia juga akan membaut kita lelah dengan mengingatkan kita tentang haram dan halal. Itu semua pasti akan mengganggu kita. Mungkin kita akan mengajaknya lain kali saja" kata mereka sepakat.
Mereka pun meninggalkan Agama dan kembali menjalankan mobil untuk melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba mereka melihat palang peringatan untuk berhenti. Dan mereka melihat seorang lelaki yang memberi arahan kepada sang suami untuk segera turun dari mobil.

lelaki itu berkata, "Perjalanmu sudah cukup sampai disini, dan hendaknya engkau pergi bersamaku.
Sang suami hanya bisa mengikut sambil terheran dan diam tak berkata apapun.
"Apakah ikut bersamamu Agama?" tanya laki-laki itu.
"TIdak! aku telah meninggalkannya beberapa saat yang lalu. bolehkah aku kembali menjemputnya dan membawakannya untukmu?" Tanya sang suami.
Maka laki-laki itu berkata bahwa kamu tidak akan pernah bisa membwanya kemari. Perjalanan telah usai dan kembali lagi adalah sebuah kemustailan.
Sang suami menyanggah dengan berkata, "Akan tetapi aki punya Harta, Kedudukan, Istri, anak, dan ini dan itu......."
laki-laki itu menjawab, "Semua itu akan kau tinggalkan kecuali agama yang malah kau tinggalkan di perjalananmu tadi."
"Sebenarnya siapa kau ini?" tanya sang suami penuh keheranan.
laki-laki itu mnejawab,"Aku adalah kematian yang tak pernah kau ingat dan tak pernah kau menyiapkan suatu apapun untuknya."
Sang suami melihat ke mobil yang sekarang kemudi diambil alih oleh istrinya dan kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan tanpa ada satupun oarng yang turun menemaninya.
========================================================================
  • Begitulah gambaran perjalan kita didunia ini, terkadang banyak diantara kita yang tenggelam dalam kelalaian dan lupa akan agama yang akan menjadi sahabat sejati mereka dialam kubur nanti.
  • Banyak orang yang baru menyadari pentingnya agama sesaat sebelum nyawanya meregang merasakan sakaratul maut.
  • Tak ada lagi penyesalan yang berarti ketika ajal suda datang menjemput.
  • Mari kita sama-sama senantiasa menjaga diri dan keluarga untuk selalu memperhatikan Agama.
  • Hikmah dari penciptaan manuisa adalah untuk menghambakan diri, bukan malah lalai menikmati kesenangan dunia yang tak ada harganya kecuali sangnat sedikit saja.
Comments
3 Comments

3 komentar:

Smile is My Middle Name mengatakan...

Terima kasih telah mengingatkan akan hikmah dari perjalanan kita

Smile is My Middle Name mengatakan...

Terima kasih telah mengingatkan akan hikmah dari perjalanan kita

Unknown mengatakan...

Sama-sama mbak...