Jumat, 26 Februari 2016

Tak Seindah Kampung Halaman

   Hidup di kota besar itu mengajarkan kita banyak hal. Membuat diri memiliki wawasan yang luas, serta menjadikan pikiran yang kerdil, sedikit demi sedikit mulai terbuka untuk menerima banyak hal.

   Banyak hal yang tak pernah terbayang ketika masih di kampung dulu, akan kita dapati di kota yang cukup megah. Jika di kampung orang hidup cukup sederhana, di kota malah mengajak  bahkan terkadang memaksa diri untuk ikut terbawa arus hidup yang serba wah.

    Kota adalah tempat bertemunya dua kasta manusia yang saling berdampingan, namun takkan bisa bersatu. Yang saya maksudkan adalah orang kaya dan orang miskin. Disini kita akan mendapati orang yang hidup senang dengan harta melimpah, sekaligus juga akan mendapati orang yang miskin papa yang tak punya apa-apa.

    Disamping gedung bertingkat atau apartemen mewah, tak jarang terdapat pemukiman kumuh yang begitu padat tak layak huni. Disitulah warga miskin melepas penat dari kesibukan mereka. Berada dirantai nurani paling bawah. Sementara yang kaya terbaring nyaman diatas sana dengan kasur super empuk dan nyaman.

    Jika di jalan kita bisa melihat mobil super sedan yang harganya tak bisa dikira-kira, disitu juga kadang kita dapati gerobak tua yang ditarik oleh bapak yang berpakaian kumal memakai topi khas pemulung untuk mengumpulkan plastik bekas atau barang-barang rongsokan yang masih bisa ditimbang untuk dijual.

   Di kota, khususnya Jakarta, kita juga akan disuguhi pemandangan anak-anak kecil yang seharusnya duduk belajar di kelas, malah membawa gitar kecil atau botol bekas yang mereka gunakan untuk mencari recehan dengan cara mengamen.

   Belum lagi para pengemis yang beragam tampilannya tak pernah sepi menghiasi trotoar jalan Jakarta.

   Betul-betul kehidupan yang kadang membuat hati meringis dan menjerit menahan pilu.

   Namun, ada hal yang patut kita acungkan jempol untuk mereka, yakni ketabahan yang tak kenal usang melekat didalam hati mereka.

   Eh, sampai lupa..  disini, mata juga akan melihat kemandirian yang sudah terbina sejak dini bagi mereka yang tak seberuntung orang lain. Banyak teman yang saya kenal sudah mulai mencari nafkah untuk membantu orang tuanya menyekolahkan adik-adiknya, sementara mereka baru lulus SMA. Sangat bertolak belakang dengan pemikiran anak-anak muda di kampung; masih bersandar kepada Orang tua padahal sudah hampir lulus kuliah. Sy pun juga begitu.

    Sebenarnya, masih banyak hal yang ingin saya tuliskan disini, tapi semoga saja tulisan yang singkat ini dapat membuat kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki.
   

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: