Senin, 29 Februari 2016

Bagai mencampur Garam dengan Karamel

   Sengaja saya berikan judul tulisan  ini dengan ungkapan diatas, sebagai gambaran betapa tidak nyambungnya tugas ODOP pekan ini.
Bang Syaiha, selaku mentor dalam kegiatan kami ini menugaskan para ODOPer agar menggabungkan empat kata yang sama sekali tak ada hubungannya dalam satu tulisan; Presiden, kopi, flashdisk dan burung.

    Coba banyangkan rasa karamel yang dicampur garam, atau kopi yang dicampur dengan teh lalu ditambahkan garam, pasti takkan enak bukan? Begitulah yang akan terjadi pada tulisan saya yang satu ini. Entah bagaimana bisa empat kalimat itu akan menjadi sebuah tulisan yang enak dibaca.

     Pertama Presiden. Kalau ingin digabungkan dengan kata kopi, maka mungkin kalimat yang akan tersusun menjadi, "Presiden beralih menjadi menjual kopi gara-gara tak berhasil mengurus negara?" Apa yang Anda pikirkan dengan kalimat diatas? Nyambung, kan?

    Kemudian kalimat diatas disisipkan kata "Flashdisk", hasilnya adalah: "Presiden beralih menjadi menjual kopi gara-gara tak berhasil mengurus negara. Namun ternyata profesi tersebut tak mudah bagi beliau, terlebih sekarang tersebar berita tentang matinya Mirna setelah meminum kopi yang ada racun sianida-nya. Setelah mengurungkan niat untuk menjual kopi, Beliau mulai berfikir untuk mendirikan pabrik flashdisk yang nantinya akan dipasarkan keluar negri. Namun sayang... setelah melihat dompet, ternyata modal tak kesampaian.

   Tambah nyambung, kan?

Kata terakhir, burung. Hhmmm... kira-kira apa yang akan terjadi pada Bapak presiden yang malang ini? Begini cerita utuhnya, " "Presiden beralih menjadi penjual kopi gara-gara tak berhasil mengurus negara. Namun ternyata profesi tersebut tak mudah bagi beliau, terlebih sekarang tersebar berita tentang matinya Mirna setelah meminum kopi yang ada racun sianida-nya. Setelah mengurungkan niat untuk menjual kopi , Beliau mulai berfikir untuk mendirikan pabrik flashdisk yang nantinya akan dipasarkan keluar negri. Namun sayang... setelah melihat dompet, ternyata modal tak kesampaian. meminta saran dari tukang kebun, Pak jaka yang mantan presiden ini memutuskan untuk beternak burung puyu. Diprediksi oleh tukang kebun tadi, sekarang rating telur puyu lagi naik dikalangan masyarakat bawah. Sehingga, dipastikan Pak Jaka bakalan sukses dalam karir yang satu ini.

   Walhasil, jadilah cerita diatas menjadi tulisan yang terasa manis namun asin. Kalau tidak nyambung, mohon dipahami saja. Sejak awal pun pikiran saya sudah tidak nyambung.

Comments
14 Comments

14 komentar:

Sabrina Lasama mengatakan...

Hahahahhahahahaha. Tulisanpun berakhir di burung puyuh.

Ken Patih Adichandra mengatakan...

Jadi pesan moralnya adalah: jangan jualan telur puyuh kalau belum jualan flashdisk yang ketumpahan kopi. #Eh....

Helen Widaya mengatakan...

Hahaha...Saya juga belum bisa membayangkan, Mas..apakah saya bisa menuliskannya nanti...agak2 rumit..hehehe..

Unknown mengatakan...

Hehehe... berakhir bahagia ko mbak.

Unknown mengatakan...

Hehehe.... kurang lebih begitulah bang.

Unknown mengatakan...

Semangat mbak... sy td pun cuman ngasal saja.

irma mengatakan...

Lucu banget jadinya mas.. good untuk imajinasinya....

Ann mengatakan...

Telur burung puyuhnya enak tuh dimasak *efek baper eh laper

Unknown mengatakan...

Terimakasih mbak....

Unknown mengatakan...

Wah.. mau nih mbak ana?

Rifa mengatakan...

Tragis nian nasib presidennya mas..hehee..

Abu Shafwah mengatakan...

:D selamat mas atas usahanya, saya sendiri lum kelar ni tugas minggu ini, masih bentuk draft.

ekasalsabila.blogspot.com mengatakan...

MasyaAllah,...

lucu yah,

ternyata banyak yang tersiksa batin kelarin tugas ini jg,..

Unknown mengatakan...

hehehe... itu dipaksain biar kelar..